Panas mentari terasa menyengat saat cahaya matahari jatuh di kulit manusia ini. Berbeda dengan hutan dimana dia biasa berlindung di balik dedaunan pohon, di desa ini semuanya terbuka. Hanya ada beberapa pohon yang tidak terlalu tinggi namun sepertinya memiliki buah merah yang lezat. Itu adalah buah rambutan.
Kancil menatap tanaman timun di kebun itu. Tanaman itu menjalar menutup batang ubi yang memang digunakan untuk tempat tanaman itu menjalar. Bola mata Kancil dengaln liarnya mencari timun yang berwarna emas. Tapi tidak ada. Semuanya terlihat hijau dan masih muda.
"Kancil." terdengar suara menyahutnya dari belakang.
"Eh, ada apa?" Kancil mengalihkan pandangannya melihat Imas berdiri di dekat pintu.
"Kamu belum mau pergikan?"
Kancil menggelengkan kepalanya dengan pelan.
Kancil menatap tanaman timun di kebun itu. Tanaman itu menjalar menutup batang ubi yang memang digunakan untuk tempat tanaman itu menjalar. Bola mata Kancil dengaln liarnya mencari timun yang berwarna emas. Tapi tidak ada. Semuanya terlihat hijau dan masih muda.
"Kancil." terdengar suara menyahutnya dari belakang.
"Eh, ada apa?" Kancil mengalihkan pandangannya melihat Imas berdiri di dekat pintu.
"Kamu belum mau pergikan?"
Kancil menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Imas mau pergi ke Pasar dengan Ibu. Kamu di rumah saja ya." ucapnya.
Kancil tersenyum dan mengangguk. Imas lalu melangkah pergi dan menghilang di balik pintu.
Kancil sebenarnya ingin menanyakan tentang timun emas itu. Tapi jika Kancil menanyakannya lalu dia mencurinya. Pasti keluarga ini langsung mencurigai Kancil. Mungkin saja timun itu telah mereka makan atau dijual di pasar.
Kancil tersenyum dan mengangguk. Imas lalu melangkah pergi dan menghilang di balik pintu.
Kancil sebenarnya ingin menanyakan tentang timun emas itu. Tapi jika Kancil menanyakannya lalu dia mencurinya. Pasti keluarga ini langsung mencurigai Kancil. Mungkin saja timun itu telah mereka makan atau dijual di pasar.
"Waaak, Waaak." gema suara terdengar dari langit. Suara yang sangat akrab di telinganya.
"Gagak." teriak Kancil
"Gagak." teriak Kancil
Burung hitam itu menukik tajam dan turun menuju suara yang memanggilnya. Hinggap di pagar kebun milik Imas. Gagak mencari-cari asal suara itu. Dia pikir dia baru saja mendengar suara Kancil, namun tidak ada siapa - siapa, hanya ada manusia yang menatapnya dengan tajam.
"Gagak?" sapa Kancil.
"Gagak?" sapa Kancil.
"Kancil?" Gagak kaget pemuda itu bersuara seperti Kancil. "Kau Kancil?"
"Iya, ini aku. Apa ada kabar dari hutan."
"Kabar? Oh, para penghuni hutan sedang sibuk mencari kau tahu. Kemana saja kau seharian ini. Tanduk Rusa saat ini sedang tersangkut batu dekat lereng gunung."
"Apa? Tersangkut lagi? Bukannya sudah aku katakan? Jika tanduknya tersangkut, goyangkan tanduknya pelan-pelan sambil ditarik sedikit. Nanti juga lepas sendiri."
"Kenapa tidak kau saja yang ke sana. Katakan pada rusa."
"Kau lihat tubuh manusia ini. Aku tidak bisa pergi ke hutan dengan tubuh ini."
"Kenapa kau bisa terjebak di tubuh ini. Mana tubuh aslimu?"
"Apa? Tersangkut lagi? Bukannya sudah aku katakan? Jika tanduknya tersangkut, goyangkan tanduknya pelan-pelan sambil ditarik sedikit. Nanti juga lepas sendiri."
"Kenapa tidak kau saja yang ke sana. Katakan pada rusa."
"Kau lihat tubuh manusia ini. Aku tidak bisa pergi ke hutan dengan tubuh ini."
"Kenapa kau bisa terjebak di tubuh ini. Mana tubuh aslimu?"
"Ceritanya panjang, sebaiknya kau pergi dulu, katakan pada mereka. Jika aku sudah kembali menjadi Kancil, aku pasti kembali ke hutan."
"Sebaiknya kau kembali seperti semula. Jangan sampai kau malah berubah jadi rusa, harimau, atau tikus." canda Gagak.
"Aku tahu. Eh, Harimau?" Kancil berusaha meningat sesuatu. "Astaga, Harimau akan kembali."
"Apa? Bagaimana bisa?"
"Sebaiknya kau kembali seperti semula. Jangan sampai kau malah berubah jadi rusa, harimau, atau tikus." canda Gagak.
"Aku tahu. Eh, Harimau?" Kancil berusaha meningat sesuatu. "Astaga, Harimau akan kembali."
"Apa? Bagaimana bisa?"
"Sudah nanti saja aku ceritakan. Sebaiknya kau peringatkan para penghuni hutan."
"Apa yang harus aku katakan?" tanya Gagak.
Kancil terdiam sebentar. Lalu dia memikirkan sebuah rencana.
-Bersambung.
"Apa yang harus aku katakan?" tanya Gagak.
Kancil terdiam sebentar. Lalu dia memikirkan sebuah rencana.
-Bersambung.
Comments
Post a Comment