Skip to main content

Ayo Membaca!!

Sebuah fakta mengejutkan datang dari sebuah buku yang baru penulis baca, judulnya How To Write a Novel. Diceritakan bahwa bangsa ini mengalami lompatan kebudayaan yang sangat besar sekaligus berbahaya yaitu lompatan dari budaya Ngomong  ke budaya menulis. Ini disebabkan oleh pengaruh teknologi pada sosial media yang menyebabkan banyak dari masyarakat yang telah mengubah cara mereka bicara menjadi menulis.



Tentu saja dalam sebuah lompatan pasti ada yang dilompati. Budaya yang dilompati itu adalah budaya membaca. Membaca seharusnya menjadi budaya yang harus dilalui sebelum menulis, karena dengan membaca, masyarakat dapat lebih menahan diri menulis sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Namun kenyataannya saat ini, para pengguna sosial media kurang dapat menahan diri mereka dalam menulis ataupun membaca di akun sosial media mereka. Ini dapat menyebabkan terjadinya penyalahgunaan akun, munculnya kritik yang tidak membangun dan cekcok yang tidak berguna yang terjadi di media sosial.

Lalu bisakah membaca mengurangi pengaruh tersebut? Tentu. Seseorang yang suka membaca sebelum menulis, dia akan membaca kembali apa yang dia tulis sebelum memperlihatkannya ke orang banyak. Dia akan menilai tulisannya sendiri dan merasakan apakah tulisannya ada yang salah atau tidak. Selain itu orang yang suka membaca topik-topik yang disukainya akan menjaga tulisannya tidak jauh dari topik yang disukainya dan tidak memberi tulisan yang istilahnya 'tong kosong'.

Seorang yang menulis di media sosial dan suka membaca juga akan lebih menahan dirinya untuk menulis tulisan yang tidak bermanfaat. Dia akan menilai apakah tulisannya pantas dan bermanfaat bagi orang yang akan membacanya. Dia pasti ingin orang yang membaca tulisannya merasa senang dan mengerti seperti dia senang membaca apa yang dia suka.

Jadi ayo mulailah membaca. Penulis yakin kita pasti tidak jenuh melihat kata-kata yang bersusun dan memiliki makna. Apalagi setelah teman-teman mau meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini. Jika kalian tidak suka membaca buku ilmiah, baca buku motivasi, jika kalian tidak suka keduanya baca buku cerita. Jangan paksakan diri untuk mengerti apa yang kita baca. Nikmati apa yang kita baca dan kita akan mengerti dengan sendirinya.

Percayalah membaca itu menyenangkan. Lalu ingat pesan ini. Jika kau tidak sedang berbicara, dengarlah. Jika kau tidak sedang menulis, bacalah.

Comments

Popular posts from this blog

Mencoba Menulis Kembali.

Akhir akhir ini seiring dengan aktifitasku yang semakin padat, aku mulai merasa tak ada waktu yang cukup untuk diriku sendiri.  Kenapa? Masalahnya adalah aku tidak mendapatkan kepuasan akan apa yang aku lakukan,  terutama dalam pekerjaan.  Belum lagi dengan tuntutan atasan yang membuat pikiranku seolah tak mampu menampung semua tuntutan hidup ini. Setelah sekian lama, akhirnya aku kembali disini,  berkutat dengan kata-kata.  Jari dan huruf beradu dan satu persatu membentuk kata-kata yang bisa kita baca.  Menjadikannya kumpulan kalimat yang bermakna. Aku mencoba menulis kembali untuk menyusun kehidupanku yang kacau oleh ulahku sendiri.  Saat aku tak tahu apa lagi yang harus ku prioritaskan, saat aku merasa terlalu lelah tuk berpikir,  saat aku merasa sepi dan tak ada yang tahu. Jadi dalam rangka memasuki tahun 2017, aku kan mencoba mengambil alih diriku kembali.  Dari segala kemalasan. Sikap panik,  dan tekanan yang datang baik dari...

Filosofi Catur

Hai. Catur adalah sebuah permainan papan yang sangat menarik. Hanya dengan 32 bidak dan buah papan yang berisi kotak hitam putih 8 X 8, kita bisa mengadu kecerdasan dan kecerdikan kita bersama teman yang kita tantang. Selain itu permainan catur tidak pernah membosankan karena tidak ada langkah yang sama yang selalu kita mainkan setiap saat. Kita harus mampu menebak pikiran lawan, menyerang dan bertahan di saat yang bersamaan. Target semua itu hanya satu, yaitu untuk membunuh raja pihak lawan. Suatu hari aku bermain catur dengan seorang teman. Lalu aku sadar beberapa hal yang menarik saat melangkahkan bidak-bidak catur. Lalu aku menemukan bidak catur itu seperti unsur kehidupan dalam diri manusia. Ini unsur-unsurnya. Raja melambangkan nyawa. Sama seperti nyawa manusia, bidak raja dalam permainan catur adalah unsur paling penting sekaligus yang paling lemah. Saat bidak raja mati, maka permainan berakhir. Begitu juga nyawa manusia, saat nyawa manusia pergi, maka kehidupannya...

Si Bujang Miskin

Pada zaman dahulu, hiduplah pemuda yang biasa dipanggil Si Bujang Miskin.Walau dia lebih senang dipanggil Si Bujang. Penduduk kampung menyebutnya demikian karena dia seorang pemuda bujang (belum menikah) dan hidup dalam kemiskinan. Dia tinggal bersama Ibunya di sebuah rumah kayu yang dibangun oleh ayahnya. Si Bujang selalu ingat cerita ibunya tentang semangat ayahnya dalam membangun rumah itu. Rumah itu dibangun ayahnya seorang diri saat mengetahui rahim istrinya telah terisi. "Mak, aku mau pergi." ucap Si Bujang. "Mau pergi kemana ?" sahut Maknya. "Mengail ikan. Aku dengar banyak ikan-ikan di sungai dekat sana?" "Untuk apalah nak mencari ikan, beras pun kita tidak punya." "Tapi.." "Lebih baik cari daging rusa di hutan sana. Biar mak yang cari kayu bakar." "Iya Mak." kata Si Bujang tidak membantah. Nasib baik berpihak kepada Si Bujang Miskin. Dia mendapat seekor rusa gemuk dan berhasil menembus...