Skip to main content

Menjadi Manusia - Kancil dan Timun Mas (Bag 3)

"Apa yang kalian lakukan? Kenapa aku bisa seperti ini?" maki Kancil sambil melihat pantulan dirinya dari kolam itu. Tidak ada lagi bulu coklat keemasan atau kaki kecilnya atau mata hitamnya yang besar. Semua telah berubah menjadi bentuk yang terasa asing namun terlihat sangat familiar. Bentuk seorang manusia.

"Kancil oh kancil, kami bisa mengubah mu menjadi dirimu kembali. Namun ada syaratnya"

"Syarat? "tanya Kancil. "Syarat apa?"

"Di sisi lain selatan hutan ini ada sebuah perkampungan. Cari sebuah rumah dengan kebun timun di halamannya. Temukan Timun Mas dan bawa kemari."

"Timun Mas?" Kancil heran. "Apa ada timun berwarna emas?"

"Tentu saja ada. Sebaiknya kau cari cepat. Jika dalam 3 hari kau tidak kembali dengan Timun Mas, kau kan jadi manusia selamanya." ancam Raksasa

Tanpa berkata apapun kancil melangkah pergi. Namun sebuah suara menghentikanya.

'Hei, sebaiknya kau pakai ini. Manusia tidak berjalan dengan telanjang." ucap Raksasa sambil melemparnya sebuah pakaian kotor.

Dengan pakaian kotor itu kancil segera pergi. Kancil berusaha berlari, namun terus terjatuh. Kancil masih belum terbiasa dengan tubuh aneh itu. Saat dia ingin berlari dia mencoba menggunakan keempat kakinya. Namun manusia tidak menggunakan tangan untuk berlari. Itulah sebabnya Kancil terus terjatuh.

Sebuah suara langkah terdengar. Sang Kancil sangat kenal suara langkah itu. Biasanya Kancil berusaha lari dan menghindar dari suara itu. Namun dalam kondisi seperti ini, kancil tidak bisa berbuat banyak.

"PERGI!!!" auman Sang Harimau. Harimau berusaha mengusir manusia yang masuk ke wilayah hutannya

Kancil berusaha berdiri dan mengangkat wajahnya.

"Tunggu Singa, aku kan pergi." ucap Kancil

"Kancil? Kau jadi manusia. Apa lagi yang kau rencanakan? Aku pergi dari hutan itu karena kau tahu." Maki Harimau.

"Tidak, aku tidak..tunggu! Kenapa kau bisa kenal aku?"

"Tidak mungkin aku lupa suara mu itu. Kenapa kau jadi manusia hah?"

"Aku jadi manusia karena raksasa. Mereka memberikan ku sebuah ramuan menjadi manusia. Tapi ramuan itu hanya berkhasiat untuk satu orang. Jadi jika kau ingin menjadi manusia, kau harus mengambil penawarnya dulu dan berikan padaku lalu kau juga bisa jadi manusia."

"Jadi manusia? Apa gunanya jadi manusia, mereka lemah namun sombong dan licik. Mereka tak pernah mengerti bagaimana hidup di alam namun mereka anggap diri mereka raja dunia. Kau lebih pantas menjadi manusia dari pada aku."

"Tapi aku dengar..."

"Diam. Sebaiknya kau pergi dari hutan ini. Manusia tidak tinggal di hutan." ucap Harimau lalu meninggalkan kancil.

"Kancil telah menjadi manusia. Tidak ada lagi halangan untuk makan besar." pikir Harimau sambir tersenyum. Taringnya terlihat tajam penuh dengan rasa lapar.

Sementara itu Kancil yang putus asa terus berjalan menuju perkampungan.

-Bersambung




Comments

Popular posts from this blog

Mencoba Menulis Kembali.

Akhir akhir ini seiring dengan aktifitasku yang semakin padat, aku mulai merasa tak ada waktu yang cukup untuk diriku sendiri.  Kenapa? Masalahnya adalah aku tidak mendapatkan kepuasan akan apa yang aku lakukan,  terutama dalam pekerjaan.  Belum lagi dengan tuntutan atasan yang membuat pikiranku seolah tak mampu menampung semua tuntutan hidup ini. Setelah sekian lama, akhirnya aku kembali disini,  berkutat dengan kata-kata.  Jari dan huruf beradu dan satu persatu membentuk kata-kata yang bisa kita baca.  Menjadikannya kumpulan kalimat yang bermakna. Aku mencoba menulis kembali untuk menyusun kehidupanku yang kacau oleh ulahku sendiri.  Saat aku tak tahu apa lagi yang harus ku prioritaskan, saat aku merasa terlalu lelah tuk berpikir,  saat aku merasa sepi dan tak ada yang tahu. Jadi dalam rangka memasuki tahun 2017, aku kan mencoba mengambil alih diriku kembali.  Dari segala kemalasan. Sikap panik,  dan tekanan yang datang baik dari...

Filosofi Catur

Hai. Catur adalah sebuah permainan papan yang sangat menarik. Hanya dengan 32 bidak dan buah papan yang berisi kotak hitam putih 8 X 8, kita bisa mengadu kecerdasan dan kecerdikan kita bersama teman yang kita tantang. Selain itu permainan catur tidak pernah membosankan karena tidak ada langkah yang sama yang selalu kita mainkan setiap saat. Kita harus mampu menebak pikiran lawan, menyerang dan bertahan di saat yang bersamaan. Target semua itu hanya satu, yaitu untuk membunuh raja pihak lawan. Suatu hari aku bermain catur dengan seorang teman. Lalu aku sadar beberapa hal yang menarik saat melangkahkan bidak-bidak catur. Lalu aku menemukan bidak catur itu seperti unsur kehidupan dalam diri manusia. Ini unsur-unsurnya. Raja melambangkan nyawa. Sama seperti nyawa manusia, bidak raja dalam permainan catur adalah unsur paling penting sekaligus yang paling lemah. Saat bidak raja mati, maka permainan berakhir. Begitu juga nyawa manusia, saat nyawa manusia pergi, maka kehidupannya...

Si Bujang Miskin

Pada zaman dahulu, hiduplah pemuda yang biasa dipanggil Si Bujang Miskin.Walau dia lebih senang dipanggil Si Bujang. Penduduk kampung menyebutnya demikian karena dia seorang pemuda bujang (belum menikah) dan hidup dalam kemiskinan. Dia tinggal bersama Ibunya di sebuah rumah kayu yang dibangun oleh ayahnya. Si Bujang selalu ingat cerita ibunya tentang semangat ayahnya dalam membangun rumah itu. Rumah itu dibangun ayahnya seorang diri saat mengetahui rahim istrinya telah terisi. "Mak, aku mau pergi." ucap Si Bujang. "Mau pergi kemana ?" sahut Maknya. "Mengail ikan. Aku dengar banyak ikan-ikan di sungai dekat sana?" "Untuk apalah nak mencari ikan, beras pun kita tidak punya." "Tapi.." "Lebih baik cari daging rusa di hutan sana. Biar mak yang cari kayu bakar." "Iya Mak." kata Si Bujang tidak membantah. Nasib baik berpihak kepada Si Bujang Miskin. Dia mendapat seekor rusa gemuk dan berhasil menembus...