Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2015

Di Dalam Hutan - Kancil dan Timun Mas (Bag 7)

Di dalam hutan, suara riuh penghuni hutan terdengar. Mereka panik karena sang Kancil telah hilang. Gajah, rusa, burung, bahkan semut sibuk mencari keberadaan makhluk yang terkenal cerdik dalam menyelesaikan masalah itu. Sampai mereka bertemu sang monyet yang sedang makan pisang dengan lahapnya. "Hei Monyet. Kau lihat kancil gak?" tanya Gajah. "Kancil? Ti..tidak." jawab Monyet namun tidak menatap langsung mata Gajah. "Kamu lihat kancil gak Monyet?" tanya Murai yang bertengger di pohon Monyet. "AKU TIDAK LIHAT! Bukannya sudah aku kata tadi." ucap Monyet dengan nada marah . "Jangan marah begitu dong Monyet. Aku kan hanya bertanya." ucap Murai dengan santai. "Memangnya kenapa kalian sibuk mencari Kancil. Tadi raksasa, sekarang kalian." "Raksasa? Dimana?" tanya Gajah panik. "Di hutan barat sana. Untung mereka tidak menyerang kira." "Tapi kenapa kau tahu raksasa itu mencari Kancil?" ta

Di Meja Makan - Kancil dan Timun Mas (Bag 6)

Semua makanan telah tersaji di meja makan. Kancil, Imas, serta Ibunya telah duduk bersama. Dengan ramah, Ibu Imas menawarkan makanan kepada tamu yang bahkan belum menyebutkan namanya. "Ayo makan! Makan saja ala kadarnya. Tak perlu sungkan." Kancil melihat makanan yang tersaji di hadapannya. Ada beras yang direbus dan berubah menjadi lembik dan panas, Ada daun bayam yang dicampur dengan air panas yang membuat daun itu layu, ada juga timun yang menjadi lingkaran karena dipotong-potong. Semuanya terlihat ganjil bagi makhluk yang selama ini hidup di hutan. Tapi ada satu makanan yang membuat Kancil mengerinyitkan dahi manusianya. "Apa itu?" tanya Kancil sambil menunjuk makanan yang membuatnya penasaran. Kancil tidak yakin itu terbuat dari sayur apa. "Itu ayam goreng. Cobalah!" ucap Imas sambil menahan tawanya. "Ternyata ada juga manusia yang tidak tahu ayam goreng." pikirnya. "A...Ayam?" Kancil terkejut. "Iya, ada apa."

Segelas Air - Kancil dan Timun Mas (Bag 5)

Kancil terlihat sangat gugup. Gadis itu terlihat dengan ramah membawa nampan dengan 3 gelas air. Pakaiannya kuning menyala dengan kain batik panjang sebagai roknya. Rambutnya yang terikat tunggal terlihat berkilau karena masih basah. Tubuhnya mulai menunduk dan meletakan nampan dengan 3 gelas air itu di atas meja, tepat di depan kancil. Kancil sangat gugup. "Bagaimana caranya meminum air dari tempat seperti itu." pikirnya. Kancil tahu bahwa manusia menggunakan tangannya untuk makan dan minum. Itu karena tubuh manusia tidak jauh beda dengan tubuh monyet yang juga. Walau begitu Kancil tetap tidak pernah makan dengan tangan, dia sendiri belum pernah menggenggam apapun dengan tangan manusianya itu. "Kenapa nak? Ayo diminum." ucap Ibu itu karena melihat Kancil yang terus terdiam menatap gelas yang berisi air itu. "Imas, bawa juga nasi dan lauk kemari ya!" "Baik bu." ucap gadis itu dan menghilang menuju dapur. Ibunya juga mengikuti Imas dari bela

Mata Mereka Bertemu - Kancil dan Timun Mas (Bag 4)

Mentari terlihat malu-malu menampakan sinarnya. Cahayanya mulai mengenai sebuah rumah sederhana di antara banyak rumah lain disekitarnya. Rumah itu tidak terlihat istimewa, namun halaman belakang yang luas penuh dengan berbagai tanaman seperti timun, lobak dan wortel tumbuh dengan rapi dan indah. Seorang gadis terlihat sibuk menyirami tanaman itu dengan penuh kasih sayang. Cahaya mentari mulai menyilaukan mata gadis itu, membuat wajah manisnya terlihat lebih cerah dan hangat. "Imas, kenapa kamu tidak membangunkan ibu, nak?" terlihat seorang wanita tua keluar dari balik pintu "Maaf Bu, Imas tak tega membangunkan Ibu. Ibu terlihat lelah." ucap gadis itu sambil meletakan penyiram. "Sudah disiram semuanya?" tanya Ibunya. "Sudah. Ini ada beberapa timun yang harus Imas Panen." "Kamu mandi dulu sana. Biar Ibu yang petik timunnya." "Baik bu." ucap Imas. Lalu dia menghilang dibalik bilik kamar mandi. Wanita tua itu mulai memet