Skip to main content

Di Meja Makan - Kancil dan Timun Mas (Bag 6)

Semua makanan telah tersaji di meja makan. Kancil, Imas, serta Ibunya telah duduk bersama. Dengan ramah, Ibu Imas menawarkan makanan kepada tamu yang bahkan belum menyebutkan namanya.

"Ayo makan! Makan saja ala kadarnya. Tak perlu sungkan."

Kancil melihat makanan yang tersaji di hadapannya. Ada beras yang direbus dan berubah menjadi lembik dan panas, Ada daun bayam yang dicampur dengan air panas yang membuat daun itu layu, ada juga timun yang menjadi lingkaran karena dipotong-potong. Semuanya terlihat ganjil bagi makhluk yang selama ini hidup di hutan. Tapi ada satu makanan yang membuat Kancil mengerinyitkan dahi manusianya.

"Apa itu?" tanya Kancil sambil menunjuk makanan yang membuatnya penasaran. Kancil tidak yakin itu terbuat dari sayur apa.

"Itu ayam goreng. Cobalah!" ucap Imas sambil menahan tawanya. "Ternyata ada juga manusia yang tidak tahu ayam goreng." pikirnya.

"A...Ayam?" Kancil terkejut.

"Iya, ada apa."

Kancil tidak menjawab. Tubuh Kancil merinding karena dia hampir saja lupa bahwa Manusia juga makan daging seperti Singa dan Harimau. Kancil tidak dapat menahan naluri ketakutannya. Secara spontan dia langsung berdiri dari tempat duduknya.

"Kau mau kemana?" tanya Imas yang bingung dengan sikap pemuda ini.

Kancil tidak menjawab dan segera berlari meninggalkan ruang makan menuju pintu yang sempat dikaguminya.  Kancil berhenti di depan kebun yang penuh dengan banyak sayuran. Saat Kancil melihat tanaman timun yang tumbuh rapi, dia kembali teringat dengan alasannya disini. Dia harus mencari timun bewarna emas atau terjebak di tubuh ini selama-lamanya.

"Kau tidak apa-apa?" suara seorang gadis membuat kepalanya menoleh ke kiri. Imas ternyata menyusulnya dari belakang.

"Tidak, tidak apa-apa." ucapnya mencoba menenangkan diri.

"Kau tidak suka ayam ya?"

"Sebenarnya aku tidak makan daging."

"Tapi kan, masih ada sayur. Kenapa kau malah lari seperti itu?"

"Tidak ada, aku..."

"Ayo masuk! Ayamnya sudah tidak ada." ucap Imas sambil melangkah maju menuju rumahnya.

Kancil mengikuti gadis itu dengan menahan rasa malunya. Kancil kembali ke ruang makan dan mengamati makanan yang terletak di meja itu. Tidak ada lagi daging ayam yang dimasak itu. Hanya tinggal nasi dan sayuran.

Walau jasad ayam yang malang itu sudah tidak ada. Kancil masih kebingungan dengan cara makan manusia. Dia memang mulai terbiasa menggunakan tangannya namun tetap saja ini tidak mudah bagi makhluk yang sebelumnya hanya makan menggunakan mulut dan lidahnya. Untung saja Imas mulai makan dahulu. Jadi dia bisa mengikuti cara Imas makan. Tetap saja saat dia memasukan nasi kemulutnya, beberapa butir nasi jatuh ke lantai.

"Kau belum beritahu namamu." ucap Imas saat mencuci tangannya.

"Nama?" tanya Kancil sambil sibuk mengunyah dengan gigi barunya.

"Orang-orang biasa memanggilmu dengan sebutan apa?" Imas mengeringkan tangannya dengan kain.

"ooh, namaku Kancil." jawab Kancil sambil melahap timun segar itu. Timunnya benar-benar enak sapai Kancil lupa bahwa namanya itu bukan nama manusia.

"Kancil? Nama yang lucu. Seperti nama hewan."

"Apa itu salah?" tanya Kancil. Kancil terlihat lagi tak terlalu gugup.

"Tidak, itu nama yang bagus." ucap Imas lalu tersenyum.

-Bersambung

Comments

Popular posts from this blog

Filosofi Catur

Hai. Catur adalah sebuah permainan papan yang sangat menarik. Hanya dengan 32 bidak dan buah papan yang berisi kotak hitam putih 8 X 8, kita bisa mengadu kecerdasan dan kecerdikan kita bersama teman yang kita tantang. Selain itu permainan catur tidak pernah membosankan karena tidak ada langkah yang sama yang selalu kita mainkan setiap saat. Kita harus mampu menebak pikiran lawan, menyerang dan bertahan di saat yang bersamaan. Target semua itu hanya satu, yaitu untuk membunuh raja pihak lawan. Suatu hari aku bermain catur dengan seorang teman. Lalu aku sadar beberapa hal yang menarik saat melangkahkan bidak-bidak catur. Lalu aku menemukan bidak catur itu seperti unsur kehidupan dalam diri manusia. Ini unsur-unsurnya. Raja melambangkan nyawa. Sama seperti nyawa manusia, bidak raja dalam permainan catur adalah unsur paling penting sekaligus yang paling lemah. Saat bidak raja mati, maka permainan berakhir. Begitu juga nyawa manusia, saat nyawa manusia pergi, maka kehidupannya

Si Bujang Miskin

Pada zaman dahulu, hiduplah pemuda yang biasa dipanggil Si Bujang Miskin.Walau dia lebih senang dipanggil Si Bujang. Penduduk kampung menyebutnya demikian karena dia seorang pemuda bujang (belum menikah) dan hidup dalam kemiskinan. Dia tinggal bersama Ibunya di sebuah rumah kayu yang dibangun oleh ayahnya. Si Bujang selalu ingat cerita ibunya tentang semangat ayahnya dalam membangun rumah itu. Rumah itu dibangun ayahnya seorang diri saat mengetahui rahim istrinya telah terisi. "Mak, aku mau pergi." ucap Si Bujang. "Mau pergi kemana ?" sahut Maknya. "Mengail ikan. Aku dengar banyak ikan-ikan di sungai dekat sana?" "Untuk apalah nak mencari ikan, beras pun kita tidak punya." "Tapi.." "Lebih baik cari daging rusa di hutan sana. Biar mak yang cari kayu bakar." "Iya Mak." kata Si Bujang tidak membantah. Nasib baik berpihak kepada Si Bujang Miskin. Dia mendapat seekor rusa gemuk dan berhasil menembus

Mistletoe~The Tree of Reincarnation~ - Sebuah cerita baru dari TeamOS

Hai semua. Hari ini aku akan kembali mempromosikan sebuah lagu Vocaloid yang baru rilis akhir-akhir ini. Judulnya Mistletoe ~The Tree Of Reincarnation (selanjutnya akan disingkat Mistletoe). Sesuai judul diatas, lagu ini diproduksi oleh TeamOS (Hitoshizuku dkk), produser yang sama memproduksi Night Series. Jika pada Night Series kita disuguhkan cerita misterius dengan tema drama. Mistletoe hadir dengan cerita drama tragedi dengan tema fantasi kerajaan. Aku mendapat sinopsis Mistletoe World dari Vocaloid Lovers Indonesia . Ini sinopsis singkatnya. Tenang aja gak perlu takut spoiler .   SINOPSIS: 1000 Tahun yang lalu, Dunia diatur oleh para burung berkekuatan Dewa yang disebut Kamidori, yang tinggal di sebuah Surga diatas langit bernama Mistletoe. Mistletoe terhubung ke Bumi dengan sebuah menara raksasa. Kandori menerima harapan dan doa para manusia yang tinggal di Bumi dan mengandung. Permohonan yang pertama adalah "Kebahagiaan", maka lahirlah Burung Biru yang melambangkan