Di dalam hutan, suara riuh penghuni hutan terdengar. Mereka panik karena sang Kancil telah hilang. Gajah, rusa, burung, bahkan semut sibuk mencari keberadaan makhluk yang terkenal cerdik dalam menyelesaikan masalah itu. Sampai mereka bertemu sang monyet yang sedang makan pisang dengan lahapnya.
"Hei Monyet. Kau lihat kancil gak?" tanya Gajah.
"Kancil? Ti..tidak." jawab Monyet namun tidak menatap langsung mata Gajah.
"Kamu lihat kancil gak Monyet?" tanya Murai yang bertengger di pohon Monyet.
"AKU TIDAK LIHAT! Bukannya sudah aku kata tadi." ucap Monyet dengan nada marah
.
"Jangan marah begitu dong Monyet. Aku kan hanya bertanya." ucap Murai dengan santai.
"Memangnya kenapa kalian sibuk mencari Kancil. Tadi raksasa, sekarang kalian."
"Raksasa? Dimana?" tanya Gajah panik.
"Di hutan barat sana. Untung mereka tidak menyerang kira."
"Tapi kenapa kau tahu raksasa itu mencari Kancil?" tanya Murai dengan nada penasaran.
"I...itu karena.... karena...mereka."
"Karena apa? Mereka siapa? Kenapa kau bicara gak jelas begitu Monyet." tanya Gajah dengan nada curiga.
"Raksasa itu baru menculik Kancil." ucap Monyet dengan perlahan.
"Monyet, jangan bercanda. Tidak mungkin Kancil yang cerdik itu dengan mudah ditangkap raksasa." kata Gajah.
"Kancil cerdik? Aku saja bisa menipu Kancil yang cerdik itu." jawab Monyet dengan nada sombong.
"Jika kamu lebih cerdik dari Kancil, kenapa kamu tidak menolongnya saat kamu melihat Kancil tertangkap?"
"Karena... karena aku yang membantu raksasa itu menangkap Kancil."
"Apa?" tanya Gajah terkejut.
"Kenapa kamu melakukan itu? Kamu tidak kasihan sama Kancil." ucap Murai.
"Kau tau gak. Kancil yang menolong kita. Dia yang mengusir Harimau dari hutan ini. Jika tak ada Kancil, kita pasti sudah mati." Gajah meluapkan emosinya.
"Aku juga baru menyelamatkan kalian. Raksasa itu mulanya menangkap aku. Dia bertanya tentang keberadaan Kancil. Dia menyuruhku untuk mencari Kancil dan memancingnya ke hutan barat. Jika tidak, dia dan saudaranya akan menghacurkan hutan kita. Aku melakukannya demi seluruh penghuni hutan.
"Jika Kancil yang jadi kamu, aku yakin Kancil tidak akan melakukan hal seperti itu." ucap Murai.
Gajah dengan emosi, menaikan belalainya dan berusaha menggapai monyet. Monyet mencoba melompan ke dahan lainnya namun terlambat, karena tubuhnya sudah dililit oleh belalai gajah dan menariknya ke mata kecil sang Gajah yang sangat berlawanan dengan tubuhnya yang besar.
"Kau ikut kami sekarang. Beritahu kami dimana raksasa itu. Jika tidak, kau akan aku lempar sampai keluar hutan ini. Biar kau dimakan oleh Harimau."
"Lepaskan!" Monyet berusaha memberontak. "Memangnya kau berani melawan raksasa itu sendirian. Dia lebih besat daripada kau tahu. Sama tikus saja kau takut."
Sebuah sosok telah menguping pembicaraan itu dari tadi. Taringnya terlihat tajam saat dia tersenyum. Kancil benar-benar telah pergi. Saatnya dia makan besar hari ini.
-Bersambung
"Hei Monyet. Kau lihat kancil gak?" tanya Gajah.
"Kancil? Ti..tidak." jawab Monyet namun tidak menatap langsung mata Gajah.
"Kamu lihat kancil gak Monyet?" tanya Murai yang bertengger di pohon Monyet.
"AKU TIDAK LIHAT! Bukannya sudah aku kata tadi." ucap Monyet dengan nada marah
.
"Jangan marah begitu dong Monyet. Aku kan hanya bertanya." ucap Murai dengan santai.
"Memangnya kenapa kalian sibuk mencari Kancil. Tadi raksasa, sekarang kalian."
"Raksasa? Dimana?" tanya Gajah panik.
"Di hutan barat sana. Untung mereka tidak menyerang kira."
"Tapi kenapa kau tahu raksasa itu mencari Kancil?" tanya Murai dengan nada penasaran.
"I...itu karena.... karena...mereka."
"Karena apa? Mereka siapa? Kenapa kau bicara gak jelas begitu Monyet." tanya Gajah dengan nada curiga.
"Raksasa itu baru menculik Kancil." ucap Monyet dengan perlahan.
"Monyet, jangan bercanda. Tidak mungkin Kancil yang cerdik itu dengan mudah ditangkap raksasa." kata Gajah.
"Kancil cerdik? Aku saja bisa menipu Kancil yang cerdik itu." jawab Monyet dengan nada sombong.
"Jika kamu lebih cerdik dari Kancil, kenapa kamu tidak menolongnya saat kamu melihat Kancil tertangkap?"
"Karena... karena aku yang membantu raksasa itu menangkap Kancil."
"Apa?" tanya Gajah terkejut.
"Kenapa kamu melakukan itu? Kamu tidak kasihan sama Kancil." ucap Murai.
"Kau tau gak. Kancil yang menolong kita. Dia yang mengusir Harimau dari hutan ini. Jika tak ada Kancil, kita pasti sudah mati." Gajah meluapkan emosinya.
"Aku juga baru menyelamatkan kalian. Raksasa itu mulanya menangkap aku. Dia bertanya tentang keberadaan Kancil. Dia menyuruhku untuk mencari Kancil dan memancingnya ke hutan barat. Jika tidak, dia dan saudaranya akan menghacurkan hutan kita. Aku melakukannya demi seluruh penghuni hutan.
"Jika Kancil yang jadi kamu, aku yakin Kancil tidak akan melakukan hal seperti itu." ucap Murai.
Gajah dengan emosi, menaikan belalainya dan berusaha menggapai monyet. Monyet mencoba melompan ke dahan lainnya namun terlambat, karena tubuhnya sudah dililit oleh belalai gajah dan menariknya ke mata kecil sang Gajah yang sangat berlawanan dengan tubuhnya yang besar.
"Kau ikut kami sekarang. Beritahu kami dimana raksasa itu. Jika tidak, kau akan aku lempar sampai keluar hutan ini. Biar kau dimakan oleh Harimau."
"Lepaskan!" Monyet berusaha memberontak. "Memangnya kau berani melawan raksasa itu sendirian. Dia lebih besat daripada kau tahu. Sama tikus saja kau takut."
Sebuah sosok telah menguping pembicaraan itu dari tadi. Taringnya terlihat tajam saat dia tersenyum. Kancil benar-benar telah pergi. Saatnya dia makan besar hari ini.
-Bersambung
Comments
Post a Comment