Masih dalam rangka 70 tahun HUT RI. Saya ingin membahas tentang fenomena ini. Seperti kita tahu bahwa pada masa ini Remaja mulai mengikuti perkembangan budaya. Sayangnya itu bukan budaya sendiri melainkan budaya negara lain, seperti India, Jepang, Korea, atau budaya Eropa. Seolah-olah budaya nusantara tidak milik rakyat Indonesia sendiri. Namun apa penyebab hal ini terjadi? Inilah yang akan saya bahas.
Penyebab utama terjadinya Pecinta (Bukan) Budaya Sendiri bukan berasal dari pengaruh asing namun itu terjadi akibat pengaruh dari negeri kita sendiri. Gak percaya?
Gerbang utama para remaja menyukai budaya lain sebenarnya adalah hiburan entertainment. Banyak saat ini remaja Indonesia (terutama yang menjadi korban teknologi) yang merasa hiburan di Indonesia itu tidak kreatif, berlebihan, lebih cocok untuk orang tua, kuno dan yang paling penting MEMBOSANKAN. Televisi yang menjadi penyaji entertainment terbesar di Indonesia saat ini lebih memikirkan rating belaka dengan target penonton mayoritas adalah ibu rumah tangga. Akhirnya remaja (yg masih sadar ia masih remaja) lebih memilih mencari hiburan lain yakni hiburan dari luar negeri.
Hiburan yang saya maksud disini adalah semua hiburan yang mampu diterima media elektronik seperti Film, Drama Seri (sinetron), Animasi, Musik, Variety Show, dan sebagainya. Setelah mencoba menikmati semua hiburan dari luar negeri. Beberapa orang merasa menemukan hiburan yang tepat untuk dirinya.
CELAKANYA, berberapa hiburan luar negeri turut menyajikan budaya mereka. Penyajian budaya yang diberikan dapat berupa penggunaan bahasa, pakaian, makanan, adat istiadat, bahkan kepercayaan. Beberapa remaja yang masih mencari jati diri mulai terdoktrin dengan mengatakan bahwa budaya yang mereka miliki itu keren, unik, indah, dan sebagainya. Akhirnya remaja tersebut mulai tertarik mempelajari budaya asing.
Semua ini diperburuk dengan hadirnya komunitas yang menampung penggemar budaya tertentu (terutama jepang dan korea). Mereka merasa bahwa mereka tidak sendiri dan mulai membentuk kelompok yang makin membesar. Pada akhirnya orang-orang belum terpengaruh akan merasa bahwa 'mereka'
itu pecinta bukan budaya sendiri.
Namun perlu dipahami bahwa semua proses diatas juga dipengaruhi oleh perilaku remaja itu sendiri, sosial, dan juga pola pikir. Selain itu beberapa remaja juga tidak langsung termakan hingga ke akhir proses diatas (Contohnya saya). Pada akhirnya kita tidak mungkin menghabiskan hidup hanya untuk menyukai budaya negara orang.
Menyukai dan belajar dari budaya bukan lah hal yang salah. Namun akan lebih baik itu bersifat produktif dan tidak meninggalkan budaya sendiri. Contohnya Nusantaranger yang menggunakan gaya komik jepang dan mengikuti konsep Power Ranger, namun berhasil mengkolaborasikannya dengan budaya asli negeri ini. Selain itu hindari sifat konsumtif terhadap budaya orang. Sayangkan kalo uang habis cuman untuk nambah kekayaan orang luar. Lebih baik hargai karya anak bangsa.
Tambahan: Selama hiburan entertaiment di Indonesia (di televisi) tidak berkembang para pecinta (bukan) negeri sendiri tidak akan berkurang. Mungkin malah bertambah.
Catatan: Semua tulisan diatas bukan sekedar teori, namun itu kisah nyata dari seorang mantan penggemar budaya Jepang (walau tak akut). Saat ini dia masih mencoba melawan diri dari kecanduan akan budaya orang luar.
Terima kasih telah membaca.
Comments
Post a Comment